BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kalimat merupakan primadona dalam
kajian bahasa. Hal ini disebabkan karena dengan perantara kalimatlah seseorang
baru dapat menyampaikan maksudnya secara lengkap dan jelas. Satuan bentuk
bahasa yang sudah kita kenal sebelum sampai pada tataran kalimat adalah kata (misalanya, tidak) dan frase atau kelompok kata (missalnya, tidak tahu). Kata dan frase tidak dapat menugungkapkan suatu
maksud secara lengkap dan jelas, jika kata dan frase itu sedang berperan
sebagai kalimat minor. Untuk dapat berkalimat dengan baik perlu kita pahami
terlebih dahulu struktur dasar kalimat. Pada dewasa ini orang tidak tahu cara
membedakan anatara kata, frase, dan kalimat. Oleh karena itu, penulis lewat
makalah ini dapat memberikan gambaran tantang kalimat.
Kalimat adalah bagian ujaran yang
memepunyai stuktur minimal subjek (S) dan (P) dan intonasinya menujukan bagian
ujaran itu sudah lengkap dengan makna. Intonasi final kalimat dalam bahasa
tulis dilambangkan dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. Penetapan
struktur bukanlah semata-mata gabungan atau ragkaian kata yang tidak mempunyai
kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna menunjukan sebuah kalimat harus
mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap maksud penutur.
Sesungguhnya yang menetukan satuan
kalimat bukan banyaknya kata yang menjadi unsurnya, melainkan intonasinya.
Setiap satuan kalimat dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada
akhir turun atau naik (Ramlan,1996).
Dalam wujud tulisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras
lembut, di sela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh
kesenyapan yang mencegah terjadinya kesatuan asimilasi bunyi ataupun proses
fonologi lainnya. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru (Alwi,et. al 1998; Kridalaksana, 1985).
Dari urain di atas, dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan kalimat adalah satuan gramitikal yang dibatasi oleh
adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik atau turun.
Kesulitan
menganalisa kalimat dalam membedakana antara O, P, Pel, K dalam sebuah
kalimat, perlu menyiapkan konsep yang matang
tentang toeri kalimat. Oleh karena itu penulis membuat makalah ini untuk
membantu rekan-rekan pembaca dalam memantapkan konsep tentang kalimat.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan pokok permasalahan tema
yang diangkat penulis, mengenai teknik-teknik menganalisiss Kalimat,
maka permasalahan seputar analis kalimat dapat dijabarkan sebagai rumusan
masalah sebagai berikut,
1. Berdasarkan apa sajakah kita
menganalisis sebuah kalimat.
2. Apa sajakah
ciri-ciri unsur-unsur pada sebuah kalimat.
3. Apa yang membedakan antara keterangan
dan pelengkap pada subuah unsur kalimat.
1.3 Ruang Lingkup
Pada pembahasan makalah ini, penulis
membatasi pembahasannya dalam menganalisis kalimat, penulis membatasinya
bertujuan untuk kejelasan
dan adanya sepesfikasi sehingga pembahasannya jelas dan akurat.
Adapun ruang lingkup pada makalah ini
adalah bagaimana ciri-ciri, perbedaan, dan hubungan unsur-unsur penyusun
kalimat berdasarkan fungsi, kategori, dan berdasarkan peran.
1.4 Tujuan
Setiap tindakan harus disertai dengan
tujuan, demekian juga dengan makalah ini, ada tujuan khusus dan tujuan umumnya.
1.3 .1
tujuan umum
Setelah
membaca makalah ini, pembaca diharapkan mampu membedakan semua unsur-unsur
penyusun kalimat, dan tidak ada kerguan dalam membedakan jenis-jenis unsur
kalimat.
1.4.2 tujuan khusus
Diharapkan mahasiswa memehami ihkwal
seluruh tentang kalimat, dan mengenal hakikat fungsi, kategori, dan peran
unsur-unsur pembentuk kalimat. Setelah itu, dilanjutkan dengan pembicaraan
tentang cara menganalisis kalimat dari segi fungsi, kategori, dan peran
sehingga setelah membaca makalah ini mahasiswa tidak ada masalah lagi mengenai
kalimat.
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat bagi perguran
tinggi
Dilihat dari isi makalah, diambil dari
berbagai sumber dan didukung oleh pendapat-pendapt ahli dalam bidang bahasa,
sehingga isi makalah ini mampu menjelaskan tentang kalimat secara teoritis.
Sehingga bisa dijadikan tambahan referensi dalam proses belajar mengajar.
1.5.2 Manfaat bagi mahasiswa
Mahasiswa mampu menganilisis kalimat
baik berdasarkan fungsi, peranan, maupun kategorinya. Dan dapat megetahui
secara jelas peranan-peranan unsur penuyusun kalimat.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian kalimat
Seperti kita ketahui, bahwa bahasa itu
terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan bentuk dan lapisan makna yang dinyatakan oleh lapisan bentuk
tersebut. Bentuk bahasa terdiri dari atas satuan-satuan yang s
dibedakan menjadi dua satuan, yaitu satuan fonologi dan satuan gramatikal.
Satuan fonologi meliputi fonem dan suku, sedangkan satuan gramatikal meliputi
wacana, kalimat, klausa, frase, kata, dan morfem.
2.2 Analisis kalimat berdasarakan fungsi
Tiap kata atau
frase dalam kalimat memepunyai fungsi yang mengaitkannya dengan kata frase lain
yang ada dalam kalimat tersebut. Fungsi di sini diberi pengertian hubungan
saling bergantungan antara unsur-unsur dari suatu perangakat sedemikian rupa
sehingga perangkat itu merupakan keutuhan dan membentuk sebuah
struktur.kadang-kadang sebuah kalimat terdiri atas sebuah subjek dan prdikat (S
– P), Subjek – predikat – objek (S – P – O), Subjek – Predikat – Keterangan (S
– P – K), Subjek – Predikat – Pelengkap (S – P – Pel), Subjek – Predikat –
Objek – Keterangan (S – P – O – K), atau Subjek – Predikat – Pelengkap –
Keterangan (S – P – Pel – K).
2.1.1
Ciri-ciri subjek
Yang dimaksud dengan subjek adalah sesuatu yang dianggap
berdiri sendiri, dan yang tentangnya diberikan sesuatu. Perhatikan contoh
kalimat berikut ini!
1) Mereka bergembira.
2) Rumah
itu bagus sekali.
Oleh karena subjek itu merupakan sesuatu yang berdiri
sendiri, maka sudah semestinya terbentuk dari kata benda, seperti kata (mereka, dan rumah) pada contoh di
atas.
Untuk menentukan subjek, kita dapat
mengunakan kata tanya apa atau siapa. Berdasarkan urain di atas dapat
kita temui ciri-ciri dari sebuah subjek.
1) Tentangnya diberitakan sesuatu,
2) Dibentuk dengan
kata benda atau sesuatu yang dibendakan, dan
3) Dapat bertanya
dengan kata tanya apa atau siapa di hadapan predikat.
2,2.2 ciri-ciri predikat
Predikat adalah
bagian yang memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri. Dan
menurut ahli, predikat kalimat biasanya berupa frase verbal atau frase
adjektival, (Alwi,et. al, 1998).
Predikat merupakan unsur klausa yang selalu ada dan merupakan pusat klausa
karena memiliki hubungan dengan unsur-unsur lainnya, yaitu S, O, dan K, (Ramlan 1996). (Sakri, 1995) mengatakan, bahwa predikat itu sebagai puncak kerja
yang menduduki jabatan uraian dan menyatakan tindakan atau perbuatan. Dan (Suparman, 1998) memberikan penjelasan
predikat dengan menyebutkan ciri-ciri atau penanda formal predikat tersebut,
yaitu
1) Penunjuk aspek:
sudah, sedang, akan, yang selalu di
depan predikat.
2) Kata kerja
bantu: boleh, harus, dapat.
3) Kata penunjuk
modal: mungkin, seharusnya,
jangan-jangan.
4) Beberapa
keterangan lain: tidak, bukan, justru,
memang, yang biasanya terletak di antara S dan P.
2.2.3 ciri-ciri objek
Objek adalah
konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba
transitif pada kalimat aktif. Objek
selalu diletakan setelah predikat. Dengan demekian, objek dapat dikeneli dengan
memperhatikan:
1) Jenis predikat yang melengkapinya,
dan
2) Ciri khas objek itu sendiri.
Biasanya, verba transitif ditandai oleh
kehadiran afiks tertentu. Sufiks -kan
dan -i serta
prefiks meng- umumnya
merupakan pembentuk verba transitif. Perhatikan contoh kalimat berikut!
1) Rudi Hartono menundukan Icuk
2) Andi mengunjungi Pak Rustam
Objek pada kalimat aktif transitf akan menjadi subjek jika
kalimat itu dipasifkan seperti pada contoh di bawah ini.
1) Pembantu membersihkan
ruangan saya.
S P O
2) Ruangan saya dibersihkan oleh
pembantu.
S P O
Potensi ketersulihan unsur objek dengan
-nya dan mengdepannya sebagai subjek
kalimat pasif merupakan ciri utama yang membedakan objek dari pelengkap yang
berupa dari nomina atau frase nomina.
2.2.4
Ciri-ciri pelengap
Orang sering mencapuradukan pengertian
objek dan pelengkap, hal ini disebabkan karena kedua konsep ini terdapat
kemiripan. Baik objek maupun pelengkap sering berwujud nomina, dan keduanya
sering menduduki tempat yang sama, yakni di belakang verba..
(Alwi, et. al, 1998) menjelaskan persamaan dan perbedaan
antar objek dan pelengkap dapat dilihat pada ciri-ciri sebagai berikut.
Objek
|
Pelengkap
|
1. berwujud
frase nomina atau klausa
2. berada lansung di belakang
predikat
3. menjadi subjek akaibat pemasifan
kalimat
4. dapat diganti
dengan pronomina –nya
|
1.
berwujud frase nomina, frase
verbal, frase ajektival, frase preposional, atau klausa
2. berada
lansung di belakang predikat jika tidak ada objek dan di belakang objek jika
unsur ini hadir
3. tidak dapat
menjadi subjek akibat pemasifan kalimat
4. tidak dapat
diganti dengan -nya kecuali dalam
kombinasi preposisi selain di, ke,
dari, akan.
|
Berikut ini beberapa contoh pelengkap
dengan predikat yang berupa verba intaransitif dan dwitransitif serta
atjektiva.
1) Mereka
bermain bola di lapangan.
|
|
Verba
intransitif
|
2) Ria benci pada kekerasan.
|
3) Ibu bertanya
kapan kami boleh menengoknya.
|
|
1) Adik
mengambilkan saya air minum.
|
|
Verba
dwitransitif
|
2) Orang itu membeli rumah untuk anaknya.
|
3) Kakak mencarikan saya pekerjaan.
|
|
1) Ibunya sakit kepala.
|
|
Adjektiva
|
2) Anak itu pandai menari.
|
3) Anak itu
susah sekali diatur.
|
Seringkali nomina memepunyai hubungan
khusus dengan verba atau adjektiva yang diikutinya seolah-olah tidak bisa
terpisahkan lagi.contohnya.
§
makna waktu
§
balik nama
§
kurang darah
gabungan verba atau adjektiva dengan
nomina seperti itu merupakan verba atau adjektiva majemuk yang berfungsi
sebagai suatu kesatuan dalam kalimat.
5. Ciri-Ciri Keterangan
(Suparman,1995;Alwi, et. al, 1998) menyatakan Keterangan merupakan fungsi sintaksis
yang paling beragam dan paling mudah berpindah letaknya. Keterangan dapat
berada di akhir, awal, dan bahkan di tengah kalimat Pada umumnya, kehadiran
keterangan dalam kalimat bersifat mana suka.
Ada beberapa macam bentuk keterangan,
yaitu:
1) keterangan
tempat ditandai oleh kata: di, ke, dari,
dalam, pada;
2) keterangan
waktu ditandai oleh kata: pada, dalam,
se-, sebelum, sesudah, selama, sepanjang;
3) keterangan alat
ditandai oleh kata: dengan;
4) keterangan tujuan
ditandai oleh kata: agar/supaya, untuk,
bagi, demi;
5) keterangan cara
ditandai oleh kata: dengan, secara
,dengan cara, dengan jalan;
6) keterangan
perbandingan ditandai oleh kata: seperti,
bagaikan, laksana;
7) keterangan
sebab ditandai oleh kata: karena, sebab;
8) keterangan
akibat ditandai oleh kata: sehingga,
sampai, akibatnya;
9) keterangan
alasan ditandai oleh kata: berdasar hal
itu, sehubungan dengan hal itu;
10) keterangan asal
ditandai oleh kata: dari;
11) keterangan
perlawanan ditandai oleh kata: meskipun,
walaupun;
12) keterangan
modalitas ditandai oleh kata: mustahil,
barangkali, moga-moga.
Perhatikan contoh berikut!
1) Adik memotong
rambutnya di kamar.
2) Adik memotong
rambutnya dengan gunting.
3) Adik memotong rambutnya kemarin.
Ketiga kalimat di atas merupakan contoh keterangan tempat, alat, waktu.
2.3 Analisis kalimat berdasrkan kategori
Analisis kalimat berdasarkan kategori
merupakan penentuan kelas kata yang menjadi unsur-unsur kalimat tersebut. Dan
menurut (Verhaar, 1996) mengatakan,
bahwa kategori sintaksis adalah apa yang sering disebut ‘kelas kata’, seperti
nomina, verba, adjektiva, adverbia, advosisi (artinya, preposisi, atau
posposisi). Dan (Alwi, et. al, 1998) membagi
kelas kata ke dalam lima kelas. Kata tersebut adalah
1) kata benda (nomina),
2) kata sifat (adjektifa),
3) kata kerja (verba),
4) kata keterangan (adverbia),
5) kata tugas.
2.3.1 Kata benda (nomina)
Kata benda adalah kategori yang secara sintaksis,
1) Tidak mempunyai
potensi untuk bergabung dengan partikal tidak,
2) Mempunyai
potensi untuk didahului oleh partikel dari,(Kridalaksana,
1994).
Kata benda dapat dilihat dari tiga
sisi, yakni segi semantik, segi sintaksis, dan segi bentuk. Dari segi semantik
dapat dikatakan, kata benda adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda dan konsep atau pengertian. Dengan
demkain, kata seperti guru, kucing ,
meja, dan kebangsaan adalah benda (nomina).
Dilihat dari segi sintaksisnya, nomina
mempunyai ciri-ciri tertentu.
1) Dalam kalimat
yang predikatnya verba, nomina cenderung menduduki fungsi subjek, objek, atau
pelengkap dapat diikuti oleh kata itu,dapat
didahului oleh kata bilangan (Alwi, et.
al, 1998; Kridalaksana, 1994).
Seperti pada contoh kalimat berikut.
1. Pemerintah akan
menetapkan penurunan harga BBM.
2. Ayah mencarikan saya pekerjaan.
Kata pemerintah dan kata pekrjaan pada
contoh di atas merupakan nomina.
2. Nomina tidak
dapat diingkarkan dengan kata tidak.
Kata pengingkarnya adalah bukan.
Untuk mengikarkan seperti contoh kalimat, Ayah
saya guru harus dipakai kata bukan: Ayah
saya bukan guru.
3. Umumnya, nomina
dapat diikuti oleh adjektiva, baik secara lansung maupun diantarai oleh kata yang. Dengan demikian, buku dan rumah mewah atau buku yang
baru dan rumah yang mewah.
Dari segi bentuknya, nomina terdiri
atas dua macam, yakni
1. Nomina yang
terbentuk dari kata dasar, dan
2. Nomina turunan.
Penurunan nomina ini dilakukan dengan,
1. afiks,
2. perulangan,
3. pemejemukan.
Contoh nomina dasar adalah gambar, meja, rumah, pisau, tongkat, hukum, dan lain-lian. Dan
contoh nomina turunan adalah daratan, pendaratan, kekosongan, persatuan,
meja-meja, rumah makna, dan lain-lain.
Seperti yang telah disinggung, bahwa
nomina mencakup pronomina dan numeralia. Oleh karena itu, pronomina dan
numerelia akan diuraikan pada bagian ini.
1) Pronomina
adalah kata-kata penunjuk, pernyataan, atau penanya tentang sbuah subtansi dan
dengan demekian justru mengganti namanya, (Ramlan,
1991).
Pronomina dalam bahasa Indonesia ada
tiga macam, yakni (i) pronomina persona, (ii) pronomina penunjuk, (iii)
pronomina penanya, (Alwi, et. al 1998).
1. Pronomina
persona adalah pronomina yang dipakai untuk mengacu pada orang. Pronomina
persona dapat mengacu pada diri sendiri
(pronomina persona pertama), mengacu pada orang
yang diajak bicara (pronomina persona kedua), mengacu pada orang yang dibicarakan (pronomina
ketiga).
2. Pronomina
penunjuk dalam bahasa Indonesia ada tiga macam, yaitu pronomina penunjuk umum,
pronomina penunjuk tempat, dan pronomina ihwal, (Alwi, et. al, 1998; Keridalaksana, 1994).
a. Pronomina
penunjuk umum ialah ini, itu, anu.
Sebagai pronomina, ini dan itu ditempatkan sesudah nomina yang dibatasinya.
Orang juga memakai kedua pronomina itu sesudah nomina persona. Misalnya:
jawaban itu
|
rumusan ini
|
lamaran itu
|
saya ini
|
Dan kata anu dipakai bila seseorang tidak mengingat benar
kata apa yang harus dipakai, padahal ujaran telah telanjur dimulai. Untuk
megisi kekesongan dalam proses berpikir ini orang memekai pronomina anu.
b. Pronomina
penunjuk tempat ialah sini, situ,
atau sana. Karena menunjuk posisi,
pronomina ini sering digunakan dengan preposisi pengacu arah, di/ke/dari. Perhatikan contoh berikut!
§
Mereka berangkat dari sini.
§
Bukannya ada di sini.
§
Bukan engkau pergi kesana.
c.
Pronomina
penunjuk ihwal ialah begini, dan begitu. Titik pangkal perbedaanya sama
dengan penunjuk lokasi: dekat (begini),
jauh (begitu). Perhatikan
contoh berikut!
§
Bapak mengatakan begini.
§
Jangan bebuat begitu lagi.
3. Pronomina
penanya pronomina yang digunakan sebagai pemarkah pertanyan. Dari segi makna,
yang ditanyakan dapat mengenai,
a.
orang,
b. barang, dan
c.
pilihan.
Peronomina siapa
dipakai jika yang dinyatakan adalah orang
atau nama orang; apa bila
barang; dan mana bila suatu piliahn
tentang orang.
b. Pronomina
numeralia atau kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyak
maujud (orang, binatang, atau barang) dan konsep.
2.3.2 Kata kerja (verba)
Kata kerja (verba) adalah kata yang
menyatakan tindakan (Ramlan, 1991).
Ciri-ciri kata kerja dapat diketahui dangan mengamati,
1) perilaku semantis,
2) perilaku sintaksis,
3) bentuk
morfologisnya, (Alwi, et. al,1998).
Dibawah ini akan dijelaskan satu persatu ciri-ciri yang
disebut di atas.
1) Dari segi
semantisnya, verba memiliki makna inheren yang terkandung di dalamnya. Perhatikan contoh berikut!
1. Pencuri itu lari.
2. Mereka sedang berdiskusi di ruang depan.
Verba lari dan berdiskusi pada contoh di atas
mengandung makna perbuatan, verba seperti ini dapat menjadi jawaban untuk
pertanyaan apa yang dilkukan oleh
subjek?, dan dapat menjawab pertanyaan apa
yang dilakukan oleh subjek?.
2) Dari
sintaksisnya, ketransitifanya verba ditentukan oleh dua faktor, yaitu:
1. Adanya nomina
yang berdiri di belakang verba yang berfungsi sebagai objek dalam kalimat
aktif. Perhatikan contoh berikut!
§ Rakyat pasti mencintai pemimpin yang jujur.
§ Sekrang orang
sukar mencari pekerjaan.
2. Kemungkinan
objek itu berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif. Perhatikan contoh berikut!
§
Pemimpin yang jujur pasti dicintai oleh rakyatnya.
§
Sekarang
pekerjaan sukar dicari orang.
2.3.3 Kata sifat (adjektiva)
Kata sifat (adjektiva) adalah kata yang
memberi keterangan yang lebih khusus tentang yang dinyatakan oleh nomina dalam
kalimat, (Alwi, et. al, 1998). Dan (Kridalaksana, 1994) mengkategorikan
adjektiva dalam beberapa kategori, antara lain;
1) Bergabung dengan partikel tidak,
2) Mendampingi nomina,
3) Didampingi
partikel seperti lebih, sangat, agak,
4) Memepunyai ciri-ciri morfologis
seperti -er-, -if, dan -i,
5) Dibentuk
menjadi nomina dengan konfiks ke-an.
Selanjutnya,
adjektiva juga dapat berfungsi sebagai predikat dan adverbia kalimat. Fungsi
adjektiva dan adverbial itu mengacu pada
suatu keadan. Perhatikan contoh berikut!
1. Agaknya dia sudah mabuk.
2. Adiknya berhasil dengan baik.
Adjektiva juga dicirikan oleh
kemungkinan menyatkan kualitas dan tingkat bandingan acuan nomina yang
diterangkannya. Perbedaan
tingkat dapat dijelaskan dengan memperhatikan contoh berikut!
1. Orang itu sangat kuat.
2. Agak jauh juga pondoknya.
Tingkat bandingan dinyatakan antara
lain oleh pemakain kata lebih dan paling di depan adjektiva. Perhatikan contoh
berikut!
1. Saya lebih
senang di desa dari pada di kota.
2. Dia palaing
pintar di kelasnya.
2.3.4
Kata keterangan (adverbia)
Kata keterangan (adverbia) adalah kategori yang dapat
mendampingi adjektiva, numerelia, dan profesi dalm konstruksi sintaksis, (Kridalaksana, 1994). Dan (Ramlan, 1991) menjelaskan adverbia
adalah kata yang menerangkan,
1) Kata kerja
dalam berbagai fungsinya,
2) Kata keadaan
dalam berbagai fungsinya,
3) Kata keteranagan,
4) Kata bilangan,
5) Predikat
kalimat, tidak peduli jenis kata apa predikat itu, dan
6) Menegaskan subjek dan predikat
kalimat
2.4 Analisis kalimat berdasrkan peran
Analisis kalimat berdasarkan peran
menagacu pada makna pengisi unsur-unsur
fungsional kalimat. Dan menurut (Verhaar,
1996) mengatakan, bahwa ‘peran’ adalah segi semantis dari peserta-peserta
verba. Dan unsur-unsur peran ini berkaitan dengan makna gramatikal/sintaksis.
Dengan pengisian unsur peran ini, dapatlah diketahui makna yang ada pada
masing-masing unsur-unsur fungsional tersebut.
Makna pengisi unsur-unsur fungsional
kalimat dapat diuraikan sebagai berikut.
2.4.1
Makna unsur pengisi subjek (S)
(Ramlan, 1996)
mengemukakan beberapa kemungkinan makna unsur pengisi S, yaitu:
1) Menyatakan ‘pelaku’
Mislnya:
§
Seorang gadis membeli empat batang lilin.
§
Mereka sedang mengerjakan
tugas-tugas.
2) Menyatakan ‘alat’
Misalnya:
§
Bus-bus
itu mengangkut penumpang.
§
Truk-truk itu mengangkut
penumpang.
3) Menyatakan ‘sebab’
Misalnya:
§
Banjir besar itu sedang
menghancurkan kota.
§
Perapian itu memanaskan kamar.
4) Menyatakan ‘hasil’
Misalnya:
§
Rumah-rumah murah banyak
didirikan pemerintah.
§
Hotel-hotel mewah telah dibangun pengusaha.
5) Menyakan ‘tempat’
Misalnya:
§
Pantai kuta banyak
dikujngi oleh orang.
§
Kebunnya
ditanami pohon mangga.
6) Menyatakan ‘jumlah’
Misalnya:
§
Kaki anjing itu
ada empat.
§
Rumah pengusaha
itu tujuh buah.
2.4.2
makna unsur pengisi predikat (P)
(Ramlan, 1996) mengungkapkan, bahwa maka unsur pengisi predikat adala:
1) Meyatakan’perbuatan’
Misalnya:
§
Ria sedang belajar.
§
Gadis itu memetik bunga.
2) Menytakan ‘keadaan’
Misalnya:
§
Rambutnya hiatm dan lebat.
§
Rumah itu sangat besar.
3) Menyatakan’pengenal’
Misalnya:
§
Orang itu pegawai kedutaan.
§
Gedung itu gedung bupati.
4) Menyatakan ‘keberadaan’
Misalnya:
§ Para tamu berada di ruang depan.
§ Mereka bermukim di tepi pantai.
2.4.2
Makna unsur pengisi objek (O)
Kemungkinan
makna unsur pengisi O adalah:
1) Menyatakan ‘penderita’
Misalnya:
§
Tuti mencuci pakaian.
§
Budi meletakan bonekanya.
2) Menyatakan ‘tempat’
Misalnya:
§
Para wisatawan
mengunjungi pura besakih.
§
Petani itu
menanami tegalannya dengan ubi-ubian.
3) Menyatakan ‘alat’
Misalnya:
§
Polisi menembakan pistolnya.
§
Pangeran itu mengayunkan pedangnya.
2.4.3 Makna unsur
pengisi pelengkap (Pel)
Unsur pengisi pelengkap memilik makna sebagai berikut.
1) Menyatakan ‘penderita’
Misalnya:
§
Mahasiswa itu belajar bahasa indonesia.
§
Mereka bermain bola.
2) Menyatakan ‘alat’
Misalnya:
§ Tentara kita
yang bersenjatakan bambu runcing.
§
Anak itu
berteduhkan daun pisang.
2.4.4 Makna unsur
pengisi keterangan (K)
Makna unsur pengisi keterangan dapat dijelaskan sebagai
berikut.
1) Menyatakan ‘tempat’
Misalnya:
§
Ria sedang
belajar di kamar.
§
Ibu memasak di dapur.
2) Menyatakan ‘waktu’
Misalnya:
§
Bapak pergi ke
bandung besok pagi.
§
Rapornya sudah diambil.
3) Menyatakan ‘cara’
Misalnya:
§
Pencuri itu
lari dengan cepat.
§
Dia belajar dengan tekun.
4) Menyatakan ‘alat’
Misalnya:
§
Buruh itu
mengangkut beras dengan truk.
§
Ani memotong
kertas dengan gunting.
5) Menyatakan ‘sebab’
Misalnya:
§
Dia tidak masuk karena sakit.
§
Dia mendapat
nilai jelek karena tidak belajar.
Berdasarkan urain di atas, tanpak bahwa
fungsi, kategori, dan peran tidak ada hubungan satu lawan satu. Fungsi
merupakan suatu ‘temapat’ dalam stuktur kalimat dengan unsur pengisi berupa
bentuk bahasa yang tergolong dalam kategori tertentu dan mempunyai peran
semantis tertentu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tiap kata atau frasa dalam kalimat
memepunyai pungsi yang mengaitkannya dengan kata atau frase lain yang ada dalam
kalimat tersebut. Fungsi itu bersifat sintaksis artinya berkaitan dengan urutan
kata atau frase dalam kalimat. Fungsi sintaksis utama dalam bahasa adalah
predikat, subjek, objek, pelengkap, dan keterangan. Unsur-unsur ini terdapat
dalam sebuah kalimat. Akan tetapi, kelima unsur tersebut memang tidak selalu
bersama-sama ada dalam suatu kalimat.
Kategori sintaksis sering pula disebut
kategori atau kelas kata (Alwi,et.al,
1998). Oleh karena itu, analisis kalimat berdasarkan kategori merupakan
penetuan kelas kata yang menjadi unsur-unsur kalimat tersebut. Hal ini senada
dengan pendapat (Verhar,1996)yang
mengatakan, bahwa kategori sintaksis adalah apa yang sering disebut ‘kelas
kata’, seperti nomina, verba, adjektiva, adverbia, adposisi artinya, perosisi
atau posposisi, dalam buku “Tata Baku Bahasa Indonesia.” (Alwi, et. al,1998) membagi kelas kata ke dalam lima kelas. Kelas
kata tersebut adalah (i) kata benda (nomina), (ii) kata kerja (verbal), (iii)
kata sifat (adjektiva), (iv) kata keterangan (adverbia), dan (v) kata tugas.
Analisis kalimat berdasarkan peran
mengacu pada makna pengisi unsur-unsur fungsional kalimat. (Verhar, 1996) mengatakan, bahwa ‘peran’ adalah segi semantis dari peserta-peserta verba. Unsur peran
ini berkaitan dengan makna grametika/sintaksis. Dengan pengisian unsur peranan
ini, dapat diketahui makna yang ada pada masing-masing unsur fungsional
tersebut.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, penulis
mengharapkan kepada para pembaca setelah membaca, mempelajari serta memahami
ihwal seleruh isi
makalah ini dapat menerapkan dalam konteks berbahasa yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, H. et, al. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Kridalaksana, H. 2002. Struktur, kategori, dan Fungsi Dalam Teori
Sintaksis, Jakarta: Unika Atma Jaya.
Finoza Lamuddin. 1993, Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta:
Diksi Intan Mulia.
2001, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah. Bandung: Yrama Widya.
Novia
windi dkk. 2006. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Surabaya: Kashiko.
Ramlan, M. 1991. Pengelolaan Kata. Yogyakarta: CV Karyono.
Ramlan, M. 1996. Sintaksi. Yogyakarta: CV Karyono.
Sakri, A. 1995. Bangun Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: ITB.
Rusyana dan Samsuri. 1976. Pedoman Penulisan Tata Bahasa Indonesia.
Jakarta: pusat pengembangan dan pembinaan bahasa.
Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta:
gajah mada universitas press.