Partikel
Bentuk-bentuk kah,
tah, lah, pun oleh hampir semua Tatabahasa Indonesia dimasukkan dalam
kategori akhiran. Kekeliruan itu terjadi karena pengaruh masalah ejaan, yang
oleh ejaan Suwandi dirangkaikan dengan kata sebelumnya. Keempat bentuk itu
sebenarnya adalah partikel penentu atau pengeras. Partikel adalah
semacam kata tugas yang mempunyai bentuk yang khusus yaitu sangat ringkas atau
kecil dan mempunyai fungsi-fungsi tertentu.
Perbedaan antara
partikel dan sufiks (juga semua afiks) dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Partikel tidak
memindahkan jenis kata ( kelas kata) dari kata-kata yang diikutinya; sebaliknya
sufiks (juga semua afiks) memindahkan kelas kata dari kata yang diikutinya.
Contoh: Pergilah! (pergi tetap kata kerja)
Sudahlah! (sudah tetap kata tugas)
Siapakah dia? (siapa tetap kata ganti tanya)
tetapi
Besar – Besarkan! (kata sifat > kata kerja)
Cangkul – cangkulkan! (kata tugas > kata kerja)
Sudahi pertengkaran itu! (kata kerja > kata tugas)
2. Bidang gerak
partikel adalah sintaksis (termasuk frasa dan klausa); sebaliknya sufiks (juga
semua afiks) bergerak dalam bidang morfologi.
Fungsi dan makna
partikel-partikel tersebut di atas diperinci sebagai berikut:
1. Partikel kah
Fungsi partikel kah:
a. Memberi tekanan
dalam pertanyaan; kata yang dihubungkan dengan kah itu dipentingkan.
Contoh: Sawah atau ladang kah yang digarapnya?
b. Dapat dipakai pula untuk menyatakan
hal yang tak tentu; sebenarnya hal itu merupakan pertanyaan juga, tetapi
pertanyaan yang tidak langsung.
Contoh: Datangkah atau tidak, kami tak tahu.
2. Partikel tah
Fungsi patikel tah
ini sama dengan kah , tetapi lebih terbatas pemakainnya hanya
pada kata tanya saja: apatah, manatah, siapatah. Bentuk-bentuk ini
lebih sering dijumpai dalam Melayu Lama. Dewasa ini kurang dipakai.
Makna pertanyaan
dengan mempergunakan partikel tah adalah meragukan atau kurang
tentu
3. Partikel lah
Fungsi partikel lah
adalah:
a. Menegaskan predikat,
baik dalam kalimat berita, kalimat perintah, maupun dalam pemintaan atau
harapan.
Contoh: Baca lah dengan nyaring!
Datang lah ke sini pukul lima!
b. Mengeraskan suatu
keterangan.
Contoh: Apa pun yang akan terjadi, pastilah aku akan datang ke sana.
c. Menekankan subjek;
dalam hal ini biasanya ditambah dengan partikel yang.
Contoh: Kamulah yang harus mengerjakan soal itu.
4. Partikel pun
Fungsi dan arti
partikel pun adalah:
a. Mengeraskan atau
memberi tekanan pada kata yang bersangkutan; dalam hal ini dapat diartikan
dengan juga.
Contoh: Dia pun mengetahui persoalan itu.
b. Dalam penguatan
atau pengerasan dapat terkandung arti atau pengertian perlawanan .
Contoh: Mengorbankan nyawa sekali pun aku rela.
c. Gabungan antara pun
+ lah dapat mengandung aspek inkoatif.
Contoh: Mereka pun berjalanlah.
1. Pengertian Partikel
Katagori partikel penegas meliputi kata yang
tidak tertakluk pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur
yang diiringinya. Ada empat macam partikel penegas: kah, lah, tah, dan pun.
Pertikel adalah semacam kata tugas yang
memiliki bentuk khusus, yaitu sangat ringkas atau kecil, yang mengemban fungsi
–fungsi tertentu (Keraf,1991:114). Partikel adalah alat bahasa yang merupakan bagian
kalimat yang bersifat afektif (menyatakan perasaan), yang merupakan morfem
setengah bebas atau kadang-kadang kata yang berupa morfem terikat
(Soekono,1984:151).
1. Macam–Macam Partikel dalam Bahasa Indonesia
Bentuk partikel dan macam-macam pertikel adalah
sebagai berikut :
1. Partikel kah
Sama halnya dengan partikel lah, partikel kah, dan tah
adalah morfem setengah bebas, karena dalam ucapan yang biasa sebagai bentuk
lapas tidak berdiri sendiri, tetapi jika telah dilekatkan pada bentuk dasar
yang dimukanya, antara partikel kah dan tah dengan bentuk dasar
yang ada dilekatinya dapat disisipkan kata lain (Soekono,1984:152).
Contoh : Apakah = apa (pula ,jua,saja) kah
Apatah = (pula, jua, saja) kah
1. Partikel kah dan tah berfungsi
dua macam ,yaitu :
1. Menegaskan/mementingkan bentuk dasar yang
dilekatinya. Karena itu kedua partikel tersebut dinamai partikel
penegas/partikel pementing.
2. Membentuk kalimat tanya. Karena itu pulalah
maka kedua partikel tersebut dinamai partikel tanya.
1. Partikel kah dan tah di samping
mempunyai persamaan, yakni keduanya membentuk kalimat tanya, namun keduanya
mempunyai sifat khusus sehingga tampak perbedaan dalam pemakaiannya yakni:
partikel kah membentuk kalimat tanya yang memerlukan jawaban, sedangkan
partikel tah membentuk kalimat yang tidak memerlukan jawaban.
Contoh :
Luluskah dia dalam ujiannya?
Initah yang kaunamai bekerja?
c. Partikel kah yang berbentuk klitika dan bersifat manasuka dapat
menegaskan kalimat introgatif. Berikut ini adalah kaidah pemakaiannya:
1. Jika dipakai dalam kalimat deklaratif, kah
mengubah kalimat tersebut menjadi kalimat introgatif.
Contoh :
§
Hari inikah
pekarjaan itu harus selesai?
§
Diakah
yang akan datang?
1. Jika dalam kalimat introgatif sudah ada kata
tanya seperti, apa, di mana, dan bagaimana, maka kah bersifat manasuka.
Pemakaian kah menjadikan kalimatnya lebih formal dan sedikit lebih
halus.
Contoh :
§
Apa
ayahmu sudah datang?
§
Apakah
ayahmu sudah datang?
§
Bagaimana
penyelesaian soal ini jadinya?
§
Bagaimanakah
penyelesaian soal ini terjadi?
§
Ke mana
anak-anak pergi?
§
Ke manakah
anak-anak pergi?
1. Jika dalam kalimat tidak ada kata tanya
tetapi intonasinya adalah introgatif, maka kah akan memperjelas kalimat
itu sebagai kalimat introgatif. Kadang-kadang urutannya terbalik.
Contoh :
§
Akan
datang dia nanti malam?
§
Akan
datangkah dia nanti malam?
§
Harus
aku yang mulai dahulu?
§
Haruskah
aku yang mulai dahulu?
§
Tidak
dapat dia mengurus soal sekecil itu?
§
Tidak
dapatkah dia mengurus sola sekecil itu?
d. Fungsi dan makna partikel kah adalah :
1. Memberi tekanan pada kata yang dirangkaikan
dengan kah dalam kalimat tanya .
Contoh :
§
Sawah
atau ladangkah yang digarapnya?
§
Bermalas-malas
atau berjalankah dia?
§
Siapakah
namamu?
1. Menyatakan hal yang tak tentu, sebenarnya hal
itu merupakan pertanyaan juga, hanya pertanyaan langsung.
Contoh :
§
Datangkah
atau tidak,kami tidak tahu.
§
Terserahlah
padamu, tinggalkah atau berangkat kami tidak ingin mempengaruhi saudara.
Chaer (2000:194) partikel penegas kah dengan fungsi untuk
menegaskan digunakan:
1. Pada akhir kata tanya dalam kalimat tanya.
Contoh :
§
Apakah
isi lemari ini?
§
Siapakah
namamu yang sebenarnya?
§
Manakah
yang kau pilih, yang merah atau yang hijau?
2. Pada akhir kata atau bagian kalimat yang
dinyatakan pada akhir kalimat tanya.
Contoh :
·
Benarkah
dia akan datang hari ini?
·
Hasankah
yang mengganggumu tadi?
·
Cukupkah
uang sebanyak itu?
1. Partikel tah
Fungsi partikel tah sama dengan kah, tetapi lebih terbatas
pemakaiannya hanya pada kata tanya saja: apatah,manatah,siapatah,.
Bentuk-bentuk ini lebih sering dijumpai dalam Melayu Lama. Dewasa ini bentuk
itu jarang dipakai. Makna gramtikal partikel tah adalah: meragukan
sesuatu atau menanyakan sesuatu yang tak tentu (Keraf,199:115).
Partikel tah, yang juga berbentuk klitika, dipakai dalam kalimat
introgatif, tetapi si penanya sebenarnya tidak mengharapkan jawaban. Ia
seolah-olah hanya bertanya pada diri sendiri karena keheranan atau
kesangsiannya. Partikel tah banyak dipakai dalam sastra lama, tetapi
tidak banyak dipakai lagi sekarang (Alwi,1998:309).
Contoh :
§
Apatah
artinya hidup ini tanpa engkau?
§
Siapatah
gerangan orangnya yang menolongku.
1. Partikel lah
Partikel lah adalah morfem setengah bebas, karena dalam ucapan
yang biasa sebagai bentuk lepas tidak dapat berdiri sendiri, tetapi jika telah
dilekatkan pada bentuk yang ada dimukanya, antara partikel lah dan
bentuk dasar itu yang dapat disisipkan kata lain (Soekono,1984:152).
Partikel lah dinamai partikel penegas atau pertikel pementing,
karena berfungsi menegaskan/mementingkan bentuk dasar yang dilekatinya. Dalam
menjalankan fungsi tersebut, umumnya partikel lah dalam kalimat
menegaskan predikat, dan kadang-kadang menegaskan subjek.
Contoh : akulah yang bersalah.
Dialah
yang dimarai ibu.
Iapun duduklah.
Setelah
berbicara pergilah orang itu.
a. Partikel lah, yang juga berbentuk klitika, dipakai dalam
imperatif atau kalimat deklaratif. Berikut adalah kaidah pemakaiannya :
1. Dalamkalimat imperatif, lah dipakai
untuk sedikit menghaluskan nada perintahnya.
Contoh :
§
Pergilah
sekarang sebelum hujan turun!
§
Bawalah
mobil ini ke bengkel besok pagi!
1. Dalam kalimat deklaratif, lah di pakai
untuk memberikan ketegasan yang sedikit keras.
Contoh:
§
Dari
ceritamu, jelaslah kamu yang salah.
§
Ambil
berapa sajalah yang kamu perlukan.
§
Inilah
gerakan pembaruan
§
Dialah
yang menggugat soal itu.
1. Partikel lah yang digunakan di antara
subjek dan predikat pada sebuah kalimat verbal atau kalimat ajektiva.
Contoh:
·
Dialah
yang mengambil bukumu.
·
Kamilah
yang dicurigai.
·
Dialah
yang nakal!
Struktur kalimat dengan yang atau lah ini biasanya diikuti
oleh anak kalimat penjelas yang diawali oleh kata bukan.
Contoh:
·
Dia yang
mengambil bukumu, bukan saya.
·
Dialah
yang nakal, bukan anakku.
b. Fungsi dan makna partikel lah sebagai berikut:
1. Mengeraskan gatra perbuatan baik dalam
kalimat berita, kalimat perintah, maupun dalam permintaan atau harapan.
Contoh:
§
Bacalah
dengan nyaring.
§
Datanglah
ke sini pukul lima.
§
pergilah
dia dengan hati yang penuh amarah.
1. Mengeraskan suatu gatra keterangan
Contoh:
§
Tiadalah
aku mau diperlakukan seperti itu.
§
Apa pun
yang akan terjadi, pastilah aku akan datang ke sana.
1. Menekan gatra pangkal, dalam hal ini biasanya
ditambah dengan yang.
Contoh:
§
Kamulah
yang harus mengerjakan tugas itu.
§
Engkaulah
yang bertanggung jawab atas kejadian itu.
Chaer (2000:19) partikel lah digunakan dengan aturan :
1. Untuk menghaluskan digunakan di belakang kata
kerja dalam kalimat perintah.
Contoh :
§
Keluarkanlah
buku tulismu!
§
Ambilah
mana yang kau sukai!
§
Tenanglah,
dan dengarkan pengumuman ini!
2. Untuk menegaskan digunakan pada kata atau
bagian kalimat yang ingin ditegaskan di dalam kalimat berita.
Contoh :
·
Dialah
yang mengambil bukumu.
·
Di desa
inilah beliau dilahirkan.
Perlu diketahui bahwa diantara satuan-satuan yang tidak dapat berdiri
sendiri dalam tuturan yang biasa, ada yang secara gramatik mempunyai sifat
bebas seperti halnya satuan-satuan yang dalam tuturan biasa dapat berdiri
sendiri. Satuan-satuan yang dimaksud ialah dari, kepada, sebagai, tentang,
meskipun, lah. Sifat bebas dari dan lah misalnya, dapat
dilihat dari jajaran-jajaran sebagai berikut :
§
Dari
toko
§
Dari
suatu toko
§
Dari dua
buah toko
§
Dari
hampir semua toko
§
Berjalanlah
§
Berjalan
cepatlah
§
Berjalan
ke utaralah
§
Berjalan
ke utara sajalah
Satuan dari kelihatannya terikat pada satuan toko, tetapi
dengan adanya frase dari suatu toko, dari dua buah toko, dan dari
hampir semua toko, jelaslah bahwa satuan dari secara gramatik dapat
dipisahkan dari toko. Demikian pula dengan satuan lah pada berjalanlah.
Satuan ini kelihatannya terikat pada berjalan, tetapi dengan adanya
frase berjalan cepatlah, berjalan ke utaralah, berjalan keutara
sajalah, jelas bahwa lah secara gramatik tidak terikat pada berjalan.
1. Partikel pun
Partikel pun adalah morfem yang berfungsi menegaskan atau
mementingkan kata yang dimukanya. Kerena itu partikel pun dinamai pula
partikel penegas atau partikel pementing. Dalam menjalankan fungsi tersebut,
partikel pun dalam kalimat umumnya meneggaskan subyek dan kadang-kadang
terpakai bersama-sama dengan partikel lah yang meneggaskan predikat (
Soekono,1984:153 ).
Contoh :
Setelah dipanggil,
aku pun datang.
Setelah
disilahkan, aku pun duduklah.
Pemakaian partikel pun pada umumnya dipisahkan dengan kata yang
ada di mukanya, namun menurut bentuknya masih tetap merupakan morfem setengah
bebas, karena dalam ucapan yang biasa sebagai bentuk lepas tidak dapat berdiri
sendiri.
a. Fungsi dan makna partikel pun adalah sebagai berikut :
1. Mengeraskan atau memberi tekanan pada kata
yang bersangkutan dalam hal ini dapat diartikan dengan juga.
Contoh :
o
Dia pun
mengetahui persoalan itu.
o
Kapal-kapal
yang besar pun dapat berlayar di sungai itu.
1. Dalam mengeraskan sesuatu, dapat juga
terkandung makna perlawanan.
Contoh :
o
Mengorbankan
nyawa sekalipun aku rela.
o
Betapapun
ia berjuang mempertahankan hidupnya sia-sia belaka.
1. Gabungan antara pun + lah dapat
mengandung aspek inokatif. Pun di antara subjek dan predikat, sedangkan lah
dirangkaikan pada predikat yang berupa kata kerja transitif.
Contoh :
·
Mereka pun
berjalanlah.
·
Kami pun
berangkatlah segera
·
Hujan pun
turunlah dengan lebatnya.
·
Ia pun
duduklah di bawah pohon yang rindang itu.
b. Partikel pun hanya dipakai dalam kalimat deklaratif dan dalam
bentuk tulisan dipisahkan dari kata di mukanya (Alwi,1998:309). Kaidah
pemakaiannya adalah sebagai berikut :
1. Pun dipakai untuk mengeraskan arti kata yang diiringinya.
Contoh:
§
Mereka pun
akhirnya setuju dengan usul kami.
§
Yang
tidak perlu pun dibelinya juga.
§
Siapa
pun yang tidak setuju pasti akan diawasi.
1. Dengan arti yang sama seperti di atas, pun
sering pula dipakai bersama lah untuk menandakan perbuatan atau proses
mulai berlaku atau terjadi.
Contoh:
§
Tidak
lama kemudian hujan pun turunlah dengan derasnya.
§
Para
demonstran itu pun berbarislah dengan teratur.
§
Para
anggota yang menolak pun mulailah berpikir-pikir lagi.
1. Dalam mengeraskan sesuatu, dapat juga
terkandung makna perlawanan.
Contoh:
§
Mengorbankan
nyawa sekalipun aku rela.
§
Betapun
ia berjuang mempertahankan hidupnya sia-sia.
Ada juga partikel pun yang berupa morfem terikat, sehingga
pemakaiannya selalu dilekatkan pada bentuk dasar yang dilekatinya secara
keseluruhan telah merupakan bentuk yang leksikologis :
§
Adapun
§
Walaupun
§
Biarpun
§
Meskipun
§
Kalaupun
§
Maupun
§
Kendatipun
Pun pada kata-kata
diatas, bukanlah partikel penegas. Pun pada kata-kata tersebut merupakan
bagian dari kata-kata tersebut yang secara keseluruhan berfungsi sebagai kata
penghubung.
Berdasarkan pendapat Keraf, Alwi, Soekono, dan Chaer dapat disimpulkan
bahwa partikel penegas yang ada dalam bahasa Indonesia adalah :
1. Kah
2. Tah
3. Lah
4. Pun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar